Bojonegoro- Hujan yang masih turun dalam beberapa hari terakhir ini membuat para petani tembakau di beberapa kecamatan di Bojonegoro putus harapan. Sebab, tanaman tembakau yang sudah siap panen daunnya tiba-tiba mati, karena hujan yang turun secara terus menerus. Bahkan, genangan air masih tampak di sela-sela gundukan tanah yang dipakai menanam tembakau.
Belum diketahui jumlah pastinya, tetapi pantauan beritajatim.com di lapangan, Kamis (16/9/2010) menyebutkan, ada ratusan hektare lebih atau bahkan ribuan hektare lebih tanaman yang layu dan siap-siap mati.
Diantara tanaman tembakau yang banyak mati di Desa Betet, Bumirejo, Sumbergede, Karangan, Tlogoagung dan Desa Selorejo, Kecamatan Kepohbaru.
Selain itu banyak juga tanaman tembakau di Kecamatan Baureno yang juga mati karena diterjang air hujan yang cukup sering intensitasnya.
Beberapa petani tembakau di Kecamatan Baureno menyebutkan, jika sebenarnya kondisi tanaman sudah sangat bagus dan siap dipanen."Sebab, kondisi daun sudah kuning dan sangat bagus jika diambil," kata Safi'i, asal Desa Betet, Kecamatan Kepohbaru, Bojonegoro.
Karena kondisi hujan pada hari sebelumnya, para petani memaksa untuk menunda panen daun pertama dan menunggu beberapa hari setelah lebaran selesai.
Sebab, para petani juga sibuk anjang sana ke beberapa saudara maupun familinya. Tetapi, karena hujan turun lagi dengan cukup lebat, sehingga menyebabkan genangan air menyebar ke mana-mana.
"Kalau saja air langsung hilang dan tidak sampai menggenang, maka kondisi tanaman tidak akan mati," lanjutnya.
Namun, karena banyaknya air yang berada disekeliling tembakau jenis Virginia Voor Oosgt (VO-2), maka tanaman jadi layu dan warnanya berubah. "Sudah tidak ada harapan lagi mas, padahal semuanya sudah habis untuk menanam tembakau," tambah Suparmi, petani lain di Desa Bumirejo.
Menurutnya, segala upaya telah dilakukan oleh para petani untuk menyelamatkan tanaman yang tinggal menuai hasilnya itu."Diantaranya dengan menyedot air dengan pompa air sehari semalam, tetapi hasilnya tetap nihil," sambungnya.
Sebab, air selalu datang dari atas lahan milik petani yang berada di bawahnya. Selain itu, aliran sungai yang melintas di sekitar sawah petani juga cukup besar, sehingga membuat para petani sulit membuat air.
Seperti diketahui, sebelum adanya hujan kali ini, sebenarnya tanaman tembakau di Kabupaten Bojonegoro mencapai 638 hektare. Data tersebut yang masuk ke Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Dishutbun) Pemkab Bojonegoro. Tanaman yang mati rata-rata yang ditanam belakangan dan kondisi akar pohon tembakau belum benar-benar kuat. (beritajatim.com)
Belum diketahui jumlah pastinya, tetapi pantauan beritajatim.com di lapangan, Kamis (16/9/2010) menyebutkan, ada ratusan hektare lebih atau bahkan ribuan hektare lebih tanaman yang layu dan siap-siap mati.
Diantara tanaman tembakau yang banyak mati di Desa Betet, Bumirejo, Sumbergede, Karangan, Tlogoagung dan Desa Selorejo, Kecamatan Kepohbaru.
Selain itu banyak juga tanaman tembakau di Kecamatan Baureno yang juga mati karena diterjang air hujan yang cukup sering intensitasnya.
Beberapa petani tembakau di Kecamatan Baureno menyebutkan, jika sebenarnya kondisi tanaman sudah sangat bagus dan siap dipanen."Sebab, kondisi daun sudah kuning dan sangat bagus jika diambil," kata Safi'i, asal Desa Betet, Kecamatan Kepohbaru, Bojonegoro.
Karena kondisi hujan pada hari sebelumnya, para petani memaksa untuk menunda panen daun pertama dan menunggu beberapa hari setelah lebaran selesai.
Sebab, para petani juga sibuk anjang sana ke beberapa saudara maupun familinya. Tetapi, karena hujan turun lagi dengan cukup lebat, sehingga menyebabkan genangan air menyebar ke mana-mana.
"Kalau saja air langsung hilang dan tidak sampai menggenang, maka kondisi tanaman tidak akan mati," lanjutnya.
Namun, karena banyaknya air yang berada disekeliling tembakau jenis Virginia Voor Oosgt (VO-2), maka tanaman jadi layu dan warnanya berubah. "Sudah tidak ada harapan lagi mas, padahal semuanya sudah habis untuk menanam tembakau," tambah Suparmi, petani lain di Desa Bumirejo.
Menurutnya, segala upaya telah dilakukan oleh para petani untuk menyelamatkan tanaman yang tinggal menuai hasilnya itu."Diantaranya dengan menyedot air dengan pompa air sehari semalam, tetapi hasilnya tetap nihil," sambungnya.
Sebab, air selalu datang dari atas lahan milik petani yang berada di bawahnya. Selain itu, aliran sungai yang melintas di sekitar sawah petani juga cukup besar, sehingga membuat para petani sulit membuat air.
Seperti diketahui, sebelum adanya hujan kali ini, sebenarnya tanaman tembakau di Kabupaten Bojonegoro mencapai 638 hektare. Data tersebut yang masuk ke Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Dishutbun) Pemkab Bojonegoro. Tanaman yang mati rata-rata yang ditanam belakangan dan kondisi akar pohon tembakau belum benar-benar kuat. (beritajatim.com)
Hujan... kadang memberikan anugerah dan rezeki... tapi terkadang membawa musibah...
BalasHapusmudah2an kita bisa mengambil hikmah positifnya saja...
musim yang tidak menentu membuat petani harus memikirkan ulang musim tanam ke depan..
BalasHapus