KESIMPULAN DAN REFLEKSI
TERHADAP PEMIKIRAN-PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA
ARTIKEL
Oleh :
Andhi Setiawan
A. Pendahuluan
Ki Hadjar Dewantara mengajarkan tentang penerapan sesungguhnya arti dari pendidikan. Filosofinya menuntun kita sebagai pengajar menjadikan pendidik yang berpihak kepada anak. Keterpihakan ini menjadikan nilai postif atas berkembangnya pertumbuhan anak. Filosofi Pengajaran dalam pendidikan mengajarkan kita untuk memberikan ruang bagi anak untuk berkembang, tumbuh secara utuh agar dapat memuliakan diri sendiri maupun orang lain (Merdeka Batin) dan menjadi mandiri (Merdeka Lahir). Kekuatan Diri (kodrat) yang dimiliki menuntun anak agar dapat mengatur hidupnya tanpa adanya perintah orang lain (Merdeka Belajar)
Salah Satu Pemikiran yang lebih populer dikalangan Pendidikan Yaitu “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”. Semboyan ini mengajarkan pendidik agar selalu menuntun disamping anak, pendidik berada di depan, di tengah dan dibelakang yang berarti di depan pendidik harus memberi contoh teladan sikap atau perbuatan. Ditengah seorang pengajar haruslah menciptakan gagasan atau ide dalam pengajaran, dan dibelakang pengajar harus bisa mendorong dan memberikan arahan.
Pendidik adalah sarana pendamping anak dalam mencapai kodratnya untuk mendapatkan yang lebih sebagai manusia ataupun sebagai masyarakat. Kodrat adalah fitrah yang diberikan sang Pencipta, Seorang Pengajar mempunyai kewajiban menjaga dan mengembangkan kodrat yang di berikan. Ibarat Petani seorang pengajar haruslah memberikan perawatan dengan menyirami, memupuk serta menghilangkan hama yang menyerang. Tanaman yang sering di rawat akan tumbuh menjadi tanaman yang subur dan berbuah sesuai dengan harapan petani. Bibit unggul sekalipun tanpa adanya perawatan dan pemeliharaan dari seorang petani tidak akan menjadi tanaman yang menghasilkan sesuai harapan. Berikut filosofi dari Ki Hadjar Dewantara sebagai pedoman seorang pendidik agar dapat mencapai keberasilan dalam pengajaran :
1. Menuntun
Menuntun mempunyai makna membimbing segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Pendidik hanya dapat menuntun kodrat yang ada pada anak-anak. Kodrat merupakan pemberian yang Maha Kuasa sebagai tanda besarnya rahmat. Amanat seorang pembimbing harus dapat memberikan tulodho agar kodrat yang diberikan mendapatkan apa yang diinginkan.
Gambar 1 . Pemikiran Menuntun
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara dengan istilah “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani” mempunyai arti :
Ing Ngarsa Sung Tuladha |
: |
Pemberian contoh
teladan sikap moral dan etika dalam hal ini pendidik mempunyai makna berada
didepan |
Ing Madya Mangun Karsa, |
: |
Pemberian Gagasan
atau ide serta semangat dalam pendidikan dalam hal ini pendidik mempunyai
makna berada ditengah |
Tut Wuri Handayani |
: |
Pemberian dorongan
(motivasi) dan arahan agar lebih giat belajar untuk mencapai cita-cita dalam
hal ini pendidik mempunyai makna berada di belakang |
Pendidik sama halnya dengan istilah Pamong yang memberikan kewajiban ke anak-anak untuk memberikan tuntunan agar dapat menemukan jati diri dalam merdeka belajar. Sebagai seorang pamong seorang pendidik harus bisa menyaring dan memilah apa yang akan diajarkan. Potensi sosio kultural di Indonesia dapat dijadikan sumber belajar. Jangan sampai meniru atau memberikan contoh sosio kultural yang baru dan tidak seirama dengan kepribadian bangsa Indonesia. Pada konteks sosio kultural pendidik juga berkewajiban menebalkan garis samar-samar kekuatan kodrat pada anak. Makna menebalkan yakni memperbaiki tingkat laku, moral dan etika agar menjadi manusia seutuhnya sesuai dengan cita-cita nilai luhur bangsa Indonesia.
Gambar 1. Menuntun dalam Pengajaran
(Sumber : https://siedoo.com/)
Ki Hadjar Dewantara mengungkapkan bahwa pendidikan itu sendiri merupakan benih benih dari kebudayaan. keberasilan "menuntun" budaya tercermin dari keberasilan pendidikan yang mengajarkan sikap, moral, saling menghormati, tenggang rasa antar sesama. Keanekaragaman kebudayaan Indonesia terdiri dari aneka ragam suku, perbedaan bahasa tempat satu dengan tempat lainnya. Perbedaan kebudayaan ini akan menguatkan jati diri bangsa. Keberasilan "menuntun"ditandai dengan mendidik etika dan kesopanan dimana kita berada di adat ketimuran yang menjunjung tinggi etika, tenggang rasa, saling menghormati yang merupakan ciri khas Budaya Indonesia yang berkebhinekaan Tunggal Ika.
2. Pendidikan Berpihak Pada Anak
Makna pendidikan berpihak pada anak yakni mendekati sang anak bukan untuk meminta sesuatu hak melainkan untuk menghamba pada anak. Seorang Pengajar harus berpihak kepada anak dalam keperpihakan kepada anak ini mengakibatkan anak merasa nyaman, tenang, tentram merasa terlindungi sehingga tercipta rasa senang dan bahagia. proses keberpihakan pada anak inilah harus kita identifikasi sebelumnya tentang karakter anak, kebiasaan anak bahkan bakat dan minat anak sehingga ketercapaian kita dalam mendidik anak untuk menjadikan anak yang senang, nyaman dan tentunya bangga kepada pengajaran kita tercapai.
Keberasilan pembelajaran terletak pada proses pengajaran dengan cara merencanakan pengajaran, melakukan proses pengajaran dan melakukan evaluasi dalam pengajaran yang berpihak pada bakat dan minat anak. Pengajar hanya sebagai fasilitator atas kemauan atau bakat dan minat anak. Siswa merupakan subyek dalam belajar sedangkan pengajar merupakan pemegang kendali, pengatur strategi yang mengarahkan anak agar dapat mencapai tujuan atau yang di cita-citakan. Pendidikan harus mengedepankan kebutuhan anak, kebutuhan anak disini yakni kodrat yang dimiki anak mempunyai bakat dan minat yang berbeda, penyesuaian terhadap kodrat yang berbeda berdasarkan bakat dan minat ini yang perlu digaris bawahi tebal bagi seorang pendidik.
Dalam memaksimalkan kodrat anak pendidik harus menjadikan anak sebagai subyek pembelajaran, disamping itu pendidikan harus mengutamakan kebutuhan anak. Pendidik harus harus tetap memperhatikan sosial-budaya dan kodrat, guna terciptanya sendiri pengetahuannya. Secara bertahap kemampuan membimbing sesuai kodrat akan berakibat terbentuknya pengetahuan serta emosional anak tercipta sesuai dengan budi pekerti luhur, beradab, serta berinovasi dan menumbuhkan karakter cinta terhadap bangsa.
Gambar 2. Pendidikan Berpihak pada Anak-anak
(Sumber : https://news.detik.com)
Pengajar harus bisa memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan ide, berfikir kreatif, mengembangkan bakat/minat siswa (merdeka belajar), tapi kebebasan itu bukan berarti kebebasan mutlak, perlu tuntunan dan arahan dari guru supaya anak tidak kehilangan arah dan salah jalan. Memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar berdasarkan pengalamannya sendiri sehingga siswa dapat berpartisipasi secara aktif, dan selalu ditantang untuk berpikir kritis. Memberikan teladan atau contoh dengan tindakan yang baik sehingga terbentuk siswa berkarakter dan berbudi pekerti yang baik, memberikan dorongan dan arahan agar siswa dapat mengembangkan minat dan bakat yang dimiliki peserta didik.
Pengajar tidak hanya memikirkan diri sendiri dan berorientasi pada tuntutan saja. Namun sebagai pengajar harus mengutamakan kegiatan lebih aktif dalam kelas sehingga semua potensi siswa dikelas dapat termaksimalkan. Ibaratnya Kertas Putih, pengajar tidak diperkenankan untuk menulis pada kertas itu, sebagai pengajar sebaiknya membuat kertas putih yang masih samar-samar itu menebali tulisan yang baik dan menghapus tulisan yang kurang baik. Arti dari pemahaman tersebut bahwa pengajar tidak diperkenankan untuk mendikte, memaksa anak memenuhi kemauan pembelajaran pendidik tanpa dilandasi tentang pemahaman karakter dan kesiapan. Sebaliknya sebagai seorang pengajar lebih menekankan bakat dan minat serta kemauan anak (Kodrat).
3. Kodrat (Kodrat Alam dan Kodrat Zaman)
Kodrat alam dalam hal ini Indonesia memiliki adat istiadat, kebudayaan bahkan kontur alam yang berbeda antar pulau, keaneka ragaman alam yang melimpah seperti itu mempunyai banyak keunggulan atau kelebihan salah satunya memiliki potensi, bakat, kemampuan yang berbeda-beda satu sama lain untuk itu kita sebagai pendidik harus bisa membantu memotivasi mereka agar apa yang telah di cita-citakan tercapai. Kodrat alam berpengaruh terhadap sosio kultural anak yaitu berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan dimana anak berada.
Kodrat zaman memiliki artian kemajuan teknologi dan inovasi turut memberikan kontribusi dalam pendidikan, anak pada zaman abad 21 dengan anak sebelum abad 21 sangatlah berbeda, salah satunya penggunaan teknologi, penggunaan teknologi akan membatu dalam pendidikan jika kita dapat mengarahkan penggunaan teknologi untuk pendidikan misalnya mengarahkan anak yang gemar bermain gadget untuk belajar.
Gambar 3. Masyarakat dalam Kebhinekaan
(Sumber : https://www.kompasiana.com/)
Dalam Pemikiran Ki Hadjar Dewantara untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradap maka Pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Menuntuh secara kodrat yang ada pada anak anak untuk kebahagian setinggi-tingginya artinya pendidik harus bisa melayani segala bentuk kebutuhan metode belajar siswa yang berbeda-beda ( berorientasi pada anak). Menjadi seorang pengajar harus memberikan kebebasan mengembangkan ide, berfikir kreatif, mengembangkan bakat minat (merdeka belajar ) tapi kebebasan itu tidak mutlah perlu tuntunan/ arahan.
4. Filosofi petani
Filosofi petani di sini yakni seorang pendidik adalah sarana pendamping anak dalam mencapai kodratnya untuk mendapatkan yang lebih sebagai manusia ataupun sebagai masyarakat. Kodrat adalah fitrah yang diberikan sang Pencipta, Seorang Pengajar mempunyai kewajiban menjaga dan mengembangkan kodrat yang di berikan. Ibarat Petani seorang pengajar haruslah memberikan perawatan dengan menyirami, memupuk serta menghilangkan hama yang menyerang. Tanaman yang sering di rawat akan tumbuh menjadi tanaman yang subur dan berbuah sesuai dengan harapan petani. Bibit unggul sekalipun tanpa adanya perawatan dan pemeliharaan dari seorang petani tidak akan menjadi tanaman yang menghasilkan sesuai harapan.
Gambar 4. Perawatan Padi dengan Pemupukan oleh Petani
(Sumber : https://agroindonesia.co.id/)
Kesabaran dalam menuntun anak sesuai kodratnya merupakan kewajiban langkah pendidik yang sesuai dengan pemikiran ki hadjar dewantara. Terciptanya anak yang berbudi luhur, berinovasi dan cinta terhadap tanah air merupakan buah perwujudan dari mendidik menuntun anak sesuai kodratnya. Pendidik merupakan pamong dalam memberikan bimbingan agar anak tidak kehilangan arah oleh perkembangan zaman.
5. Budi Pekerti
Sikap Pamong harus dimiliki oleh pendidik dalam menuntun anak. Beraneka ragam budaya yang masuk tidak semuanya harus diajarkan ke anak. Seorang pendidik haruslah dapat memilih budaya dan sosio kultural yang sesuai dengan nilai luhur bangsa Indonesia. Pendidikan inilah sesungguhnya yang dapat terciptanya kebudayaan. Pendidikan akan menghasilkan peradapan manusia yang berbudi luhur sesuai dengan cita-cita yang diharapkan.
Hasil dari Pamong menghasilkan Budi Pekerti yang luhur. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor). Dalam pendidikan harusnya memperhatikan kualitas kognitif, afektif dan psikomotor pada peserta didik. Untuk mencapai Budi pekerti yang sesuai dengan rasa cipta, karsa dan karya membutuhkan pengajaran yang berpihak pada anak. Keter pihakan pada anak inilah tercipta dalam cipta, Rasa dan Karsa tertanam pada diri anak. Kebebasan berekspresi dan kebebasan mengungkapkan ide serta gagasan mengakibatkan munculnya inovasi untuk mencipta. Hasil pemikiran dapat membedakan sesuatu yang benar atau salah, dan penting dalam perkembangan kualitas hidup manusia. Rasa Batin ini memberikan rasa senang, sedih, benci sayang dan lainnya. Memberikan nilai berpikir positif dapat menenangkan pikiran membuat rasa senang dan semangat yang berdampak menumbuhkan sikap positif dalam hidup.
Gambar 5. Salah Satu Penanaman Budi Pekerti
(Sumber : https://pengajar.co.id/)
Karsa seorang pendidik didapatkan dari pengalaman dalam sosio kultural. Perkembangan teknologi dalam peradapan zaman membuat karsa harus selalu menyesuaikan kodrat zaman. Karsa seseorang akan meningkat jika pendidik menuntun bakat anak. Bakat anak akan tumbuh disertai semangat jika daya cipta anak merasa senang dan nyaman. Sedangkan psikomotorik atau karya akan tumbuh bersamaan dengan karsa, memberikan kebebasan berpendapat, menciptakan ide-ide merupakan bibit tumbuhnya karya (psikomotor). Peran pendidik adalah memberikan kebebasan berekspresi atau mengemukakan pendapat, bersikap terbuka yang harus diaplikasikan ke anak agar daya karya pada anak dapat berkembang.
B. Kesimpulan dan refleksi terhadap pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara
- Murid merupakan amanat seorang pendidik untuk didik menjadi anak yang berbudi luhur, berprestasi, berinovasi serta cinta tanah air. Dalam mendidik kebanyakan yang kita lakukan adalah pendidik harus mencapai apa yang kita ajarkan. Banyak diantara pendidik yang mengajarkan ke anak-anak belum bersikap menuntun. Pendidik harus memperhatikan karakter, bakat dan minat peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
- Filosofi pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara membuat kualitas pendidikan kembali ke kodratnya. Sistem menghamba yakni membimbing, menuntun murid menjadikan mengakibatkan anak merasa nyaman, tenang, tentram merasa terlindungi sehingga tercipta rasa senang dan bahagia. proses keperpihakan pada anak inilah harus kita identifikasi sebelumnya tentang karakter anak, kebiasaan anak bahkan bakat dan minat anak sehingga ketercapaian kita dalam mendidik anak untuk mendajikan anak yang senang, nyaman dan tentunya bangga kepada pengajaran kita tercapai.
- Penerapan pikiran-pikiran Filosofi Ki Hadjar Dewantara sangat berpengaruh dalam penerapan pengajaran salah satunya dalam pemikiran Ki Hadjar Dewantara “Pembelajaran dalam pendidikan menuntun kita untuk untuk mendidik anak sesuai kodratnya dengan menumbuh kembangkan bakat dan minat untuk mecapai apa yang diinginkan atau dicita-citakan." Pernyataan tersebut dapat kita terapkan seorang pendidik yang baik, harus tahu bagaimana cara mengajar, memahami karakter peserta didik dan mengerti tujuan pengajaran. agar dapat mewujudkan hasil didikan yang mempunyai pengetahuan yang mumpuni secara intelektual maupun budi pekerti serta semangat membangun bangsa.