Welcome

widget

15 Maret 2010

BPSNT Yogyakarta Teliti Legenda Anglingdharma


BOJONEGORO, KOMPAS.com–Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) di Yogyakarta, meneliti legenda kerajaan Malowopati dengan rajanya Anglingdharma di Bojonegoro, Jawa Timur.

“Dari laporan sementara, berdasarkan fakta yang ada di lapangan, ternyata ada sejumlah tempat dan nama di Bojonegoro, yang juga ada di dalam referensi naskah kuno serat Anglingdharma,” kata Kepala Bidang Pelestarian dan Pengembangan Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bojonegoro, Saptatik, Selasa.

Tim BPSNT Jogyakarta yakni Drs Sukarni, Dra Suyami dan Hery Istiawan, melakukan penelitian di situs Mlawatan di Desa Wotangare, Kecamatan Kalitidu, pada bulan Mei dan 3 Oktober lalu.

Dijadwalkan, pada 25 November ini, tim akan mengungkap hasil penelitiannya kepada masyarakat di Balai Desa Wotangare, dengan mengundang tokoh masyarakat setempat.



Dia menjelaskan, di lokasi penelitian di Desa Wotangare, Kecamatan Kalitidu, yang dikenal masyarakat merupakan sentral kerajaan Malowopati dengan rajanya Anglingdharma, terdapat sejumlah tempat atau nama yang juga tertulis di dalam naskah kuno.

Dalam laporannya di lokasi yang dianggap petilasan Anglingdharma di desa setempat, tempat yang namanya sama dengan naskah kuno Serat Anglingdharma, di antaranya, Dusun Budak, Tanah Tibong (tempat istri Anglingdharma membakar diri), Kedungandu, dan nama sebutan Demang Klingsir atau orang yang pekerjaannya sebagai penangkap burung dan memelihara burung.

Di samping itu, di dalam laporan itu, disebutkan adanya tanah “mbag” (tanah gembur memanjang) dan Punden Besalen. Menurut Saptatik, sejumlah lokasi dan nama yang sudah diketahui masyarakat di sekitar situs Mlawatan tersebut, ternyata tercantum di dalam naskah kuno Serat Anglindharma.

Menurut dia, di Punden Besalen di lokasi situs Mlawatan, selama ini menjadi ajang perburuan orang untuk mencari pusaka.

“Warga setempat banyak yang menemukan benda pusaka, yang diperkirakan merupakan peninggalan raja Anglingdharma,” katanya menjelaskan.

Sebab, lanjutnya, Punden Besalen, diyakini warga setempat, merupakan tempat pembuatan pusaka di jaman kerajaan Malowopati.

Termasuk tanah mbag tersebut diyakni masyarakat, merupakan tempat pengamanan istana kerjaan Malowopati.

“Ini sejumlah foto benda pusaka dan batu bata, yang diperkirakan berasal dari jaman kerajaan Malowopati,” kata Saptatik, sambil menunjukkan sejumlah foto dari hasil laporan penelitian Tim BPSNT Jogyakarta.

Menjawab pertanyaan, Saptatik masih belum berani menyimpulkan situs Mlawatan memang benar bekas kerajaan Malawapati dengan rajanya Anglingdharma, yang selama ini selalu menjadi idola masyarakat di Bojonegoro.

“Ya kita lihat bagaimana hasil laporan dari tim dalam pertemuan dengan tokoh masyarakat setempat,” katanya menambahkan.

Yang jelas, menurut ia, warga masyarakat di sekitar lokasi situs Mlawatan, mendesak kepada pemerintah, daerah setempat dikembangkan menjadi lokasi obyek pariwisata, dengan mendirikan musium dan menjadikan Waduk Wotangare, sebagai sarana rekreasi air.

“Kalau di lokasi setempat didirikan musium, warga penemu pusaka bersedia menyerahkan ke museum,” katanya.


1 komentar:

  1. Den bagus Andi sila mengunjungi mlawatan.wordpress.com wis tak letakkan disitu situs mlawatan laporan hasil penelitian para arkeolog bersama dinas pariwisata kab bojonegoro. Kami POKDARWIS MALOWOPATIWOTANNGARE Peduli situs ini dan peeduli waduk Dayaan untuk kami jadikan obyek wisata.
    Matur tenkiu
    mbah jonoto tua tua pinggiran

    BalasHapus