A.
REVIEW PEMIKIRAN REFLEKTIF TERKAIT PENGALAMAN BELAJAR
1. Konsep
Coaching secara Umum dan Konsep Coaching dalam Konteks Pendidikan
Point-point pembelajaran modul 2.3 tentang coaching dan supervise akademik
dijelaskan mengenai beberapa metode pengembangan diri yang lain yang bisa jadi
sudah kita praktikan selama ini di sekolah yaitu coaching, mentoring,
konseling, fasilitasi dan training. Paradigm coaching antara lain Fokus pada
coachee/rekan yang akan dikembangkan, Bersikap terbuka dan ingin tahu, Memiliki
kesadaran diri yang kuat dan Mampu melihat peluang baru dan masa depan.
2. Paradigma
Berpikir dan Prinsip Coaching
Prinsip coaching dikembangkan dari tiga kata/frasa kunci pada definisi
coaching, yaitu “kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi”. Dalam
berinteraksi dengan rekan sejawat atau siapa saja, kita dapat menggunakan
ketiga prinsip coaching tersebut dalam rangka memberdayakan orang yang sedang
kita ajak berinteraksi.
3. Kompetensi
Inti Coaching dan TIRTA sebagai Alur Percakapan Coaching
Berdasarkan ICF (International Coaching Federation) ada 8 kompetensi inti namun
untuk kebutuhan Pendidikan Guru Penggerak, kita mempelajari 3 kompetensi inti yang penting dipahami,
diterapkan, dan dilatih secara terus menerus saat melakukan percakapan coaching
kepada teman sejawat di sekolah. Kompetensi inti coaching tewrdiri dari
kehadiran penuh/presence, mendengarkan aktif, mengajukan pertanyaan berbobot.
Seorang coach perlu memiliki kesadaran terhadap tujuan percakapan yang dibutuhkan
coachee sesuai konteks dan ketersediaan waktu saat percakapan terjadi. Sehingga
dalam satu percakapan bisa mencakup beberapa tujuan. Contoh: setelah melakukan percakapan
kalibrasi, coachee memulai percakapan
untuk membahas rencana kegiatan yang akan dilakukan. Di saat itu coach perlu menyesuaikan dan mengubah
arah alur percakapan menjadi sebuah percakapan perencanaan. Atau di sebuah percakapan refleksi, coachee
terlihat frustrasi atau bingung. Saat
itu coach dapat membuat keputusan menggunakan alur percakapan untuk memecahkan
masalah dan membantu menggali coachee
memahami situasi/kondisi yang sedang
dihadapi sehingga bisa membuat keputusan-keputusan yang sesuai untuk mengatasi ituasi/kondisinya.
TIRTA dapat dijelaskan terdiri dari Tujuan
Umum (Tahap awal dimana kedua pihak coach dan coachee menyepakati tujuan
pembicaraan yang akan berlangsung. Idealnya tujuan ini datang dari coachee), Identifikasi (Coach melakukan
penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan
dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi), Rencana Aksi (Pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana
yang akan dibuat), TAnggungjawab
(Membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya)
4. Perasaan
dirasakan terkait pengalaman belajar
Perasaan yang dirasakan terkait
pengalaman belajar pembelajaran Modul Coaching untuk Supervisi Akademik memberikan
ruang bagi kita untuk berlatih membangun komunikasi yang empatik dan
memberdayakan sebagai Pemimpin Pembelajaran dalam membuat perubahan strategis
yang mampu menggerakan komunitas sekolah pada ekosistem belajar Anda. Perubahan
strategis yang sejalan semangat Merdeka Belajar untuk meningkatkan kualitas
kurikulum (standar isi-standar proses-standar penilaian) yang bermakna dan
kualitas sumber daya guru dan tenaga kependidikan dalam mewujudkan pendidikan
yang berpihak pada murid
Perasaan mempelajari modul coaching ini
memberikan dampak yang luar biasa dalam
praktik coaching. Dalam proses coaching perlu terjalin rasa aman dan nyaman
dari kedua belah pihak, coach harus mampu menjalin kemitraan dengan cochee
sehingga akan terjadi suatu proses percakapan
kreatif yang dapat menggugah pemikiran cochee memaksimalkan semua potensi yang
ada dirinya. Coach juga perlu memiliki kompetensi yang mendukung proses
coaching, yaitu; kehadiran penuh, mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan
berbobot.
Proses coaching akan mengalir dengan
lancar dan akan menghasilkan pengembangan yang maksimal apabila dalam
percakapannya menggunakan alur TIRTA. Alur TIRTA merupakan akronim dari
langkah-langkah percakapan coaching yang terdiri dari Tujuan,Identifikasi, Rencana
Aksi dan Tanggung jawab. Proses
caoaching dengan menggunakan alur TIRTA dapat memberikan arahan pada coach
dalam menfasilitasi murid maupun teman sejawat agar dapat belajar dari situasi
yang dihadapi dan membuat keputusan dari permasalahannya dengan bijaksana. Hal
ini yang membuat kita memiliki paradigma berpikir, prinsip dan keterampilan
coaching. Karena dengan memiliki ketiga hal tersebut maka dapat mengantarkan
teman sejawat maupun murid mengembangkan potensinya.
5. yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan
dirinya dalam proses belajar
Yang sudah berjalan dalam proses
coaching yaitu dengan pembicaraan coach dan cochee sudah sesuai dengan alur
tirta dan dan sudah sesuai dengan kompetensi coaching. Proses coaching sesuai
dengan paradigma berfikir coaching dengan Fokus pada Coachee, Bersikap Terbuka dan
Ingin Tahu, Memiliki Kesadaran Diri yang Kuat dan Mampu Melihat Peluang Baru
dan Masa Depan.
6. yang perlu diperbaiki terkait dengan
keterlibatan dirinya dalam proses belajar
Yang perlu diperbaiki dalam proses
coaching yaknio dengan mengajukan Pertanyaan Berbobot. Pertanyaan berbobot dapat
memperhatikan kiat-kiat seperti Merangkum pernyataan-pernyataan coachee dari
hasil mendengarkan aktif, Menggunakan kata: Apa, Bagaimana, Seberapa, Kapan dan
Dimana, dalam bentuk pertanyaan terbuka, Menghindari penggunaan kata tanya
“mengapa” - karena bisa terasa ada “judgement”.
Ganti kata “mengapa” dengan “apa sebabnya” atau “apa yang membuat” , Mengajukan
satu pertanyaan pada satu waktu, jangan memberondong dan Mengizinkan ada “jeda”
atau “keheningan” setelah coachee selesai bicara, tidak buru-buru
bertanya. Juga izinkan ada keheningan
saat coachee memproses pertanyaan, dan Menggunakan nada suara yang positif dan
memberdayakan.
7. keterkaitan terhadap kompetensi dan
kematangan diri pribadi
Proses coache membutuhkan kompetensi dan
kematangan diri pribadi maksudnya yaitu proses coachee membutuhkan alur
kompetensi coachee, yang memerlukan pengasahan dalam latihan coching. Coach harus
dapat membawa coachee menemukan jawaban atas permasalahannya. Coach harus
memiliki teknik yang membuat coachee dapat berfikir menemukan jawabannya
melalui pertanyaan-pertanyaan pada alur Tirta. Proses coching akan berhasil
jika ada kesadaran coachee dalam proses coaching memjawab pertanyaan coach apa
adanya dan menceritakan kejadiannya.
Guru penggeraak mempunyai andil dalam
proses coaching dikarenakan guru penggrak harus dapat berkolaborasi
menggerakkan komunitas dan dapat memberikan andil dalam memecahkan masalah
seputar pendidikan. Kompetensi coaching harus dimiliki oleh guru penggerak
dalam merdeka belajar yang berpusat ke murid sesuai dengan profil pelajar
pancasila.
B. PERAN SEBAGAI SEORANG COACH
DI SEKOLAH
Seorang pengajar tentunya mempunyai
masalah dalam hal pembelajaran di kelas maupun di lingkungan sekolah. Masalah pembelajaran
itu terkadang membutuhkan pemecahan masalah agar nantinya mendapatkan solusi
pemecahan yang dihadapi. Masalah itu tidak akan menjadi berguna kalau kita
sebagai pengajar menyimpan permasalahan tersebut. Sebagai pemimpin pembelajaran
hendaknya kita mempunyai inovasi dan strategi dalam pembelajaran. inovasi dan
strategi itu berfungsi agar pembelajaran yang kita lakukan berpihak kepada
murid dan tentunya mencapai profil pelajar pancasila.
Sebagai seorang
guru hendaknya kita wajib bisa berkolaborasi dengan sesame pengajar. Proses kolaborasi
ini nantinya menghasilkan pemecahan masalah berkaitan dengan pembelajaran.
salah satu teknik agar kita mendapatkan pemecahan masalah dalam diskusi dengan
menggunakan metode coaching. Coaching adalah suatu percakapan yang dilakukan
yang berfokus pada orientasi pada coachee agar bisa bernalar mendapatkan hasil sistematis
dan solusi. Proses pelaksanaan coachee hendaknya seorang coach tidak memberikan
saran, solusi dan masukan ke cochee. Coach hanya memberikan pertanyaan yang
dapat memicu kesadaran diri dan memprovokasi tindakan kreatif, menciptakan
suasana nyaman dan rasa percaya untuk memberikan kebebasan dan kemerdekaan
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk menjadi murid kuat
secara kodrati, dengan demikian diharapkan guru dapat menuntun peserta didik
untuk menemukan solusi di setiap permasalahan dan meraih prestasi terbaik
dengan kekuatan yang dimilikinya.
Sebagai seorang
pengajar kita harus dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki murid. Dengan
coching ini memberi ruang kebebasan dan bereksplorasi mengenai hal-ahal yang
ada dalam pikiran anak didik kita. Meningkatkan kualitas komunikasi mereka,
dapat melatih mereka untuk berbicara dan menceritakan apa saja yang sudah
mereka lakukan. Selain itu, mereka juga diajarkan untuk berpendapat, hingga
akhirnya mereka akan mampu memecahkan permasalahan yang sedang mereka hadapi. Menurut
Grant pada tahun 1999 Coaching sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada
solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis dimana coach memfasilitasi
peningkatan performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan
pertumbuhan pribadi bagi coachee.
C. KETERKAITANNYA DENGAN MATERI SEBELUMNYA DI PAKET MODUL 2 YAITU PEMBELAJARAN
BERDIFERENSIASI DAN PEMBELAJARAN SOSIAL DAN EMOSI
Keterkaitan Proses
coaching dikaitkan dengan pembelajaran berdeferensiasi, pembelajaran
berdeferensiasi merupakan pembelajaran yang berdasarkan pada kebutuhan murid
baik dalam hal kesiapan belajar, profil belajar murid maupun minat murid. Pada pembelajaran
berdiferensiasi membutuhkan identifikasi kebutuhan murid. Proses identifasi
kebutuhan belajar murid dapat dilakukan dengan menggunakan teknik coaching. Teknik
coaching ini sebagai pengajar nantinya dapat menggali potensi gaya belajar murid
yang dibutuhkan. Proses identifikasi kebutuhan
belajar murid sebagai bentuk asesmen awal yang akan dijadikan sebagai dasar proses
pelaksanaan pembelajaran sehingga akan dapat mengembangkan kekuatan yang ada
didalam diri murid. Dengan proses tersebut akan terwujud pembelajar yang merdeka
yang dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Keterkaitan coaching dengan
pembelajaran social emosional pada modul sebelumya yakni Proses pembelajaran
social emosional merupakan suatu proses pembelajaran yang mampu menciptakan
pengalaman belajar bagi murid untuk menumbuhkan dan melatih lima Kompetensi
Sosial dan Emosional (KSE), yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran
sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung
jawab.
Pada proses coacing seorang coach harus
dapat menggali potensi yang dimili oleh cochee. Coach harus dapat membawa
coachee menemukan jawaban atas permasalahannya. Coach harus memiliki teknik
yang membuat coachee dapat berfikir menemukan jawabannya melalui pertanyaan-pertanyaan
pada alur Tirta. Pembelajaran social emosional sangat mendukung bagi pelaksanaan
coaching, sebab dalam pelaksanaan coaching diperlukan pemahaman tentang
Kompetensi social emosional. Dengan pembelajaran social emosional, coach dan
cochee dapat berinteraksi dengan sepenuhnya hadir dalam proses coaching, dapat
mendengarkan dengan RASA (Receive, Appreciate, Summarize, dan Ask), dan
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga dapat menimbulkan empati.
D.
KETERKAITAN KETERAMPILAN COACHING DENGAN PENGEMBANGAN
KOMPETENSI SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN
Keterkaitan keterampilan coaching sebagai pemimpin pembelajaran salah satu
contohnya dengan supervise akademik. supervisi akademik merupakan serangkaian
aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan
kegiatan pembelajaran mereka di kelas. Supervisi akademik perlu dimaknai secara
positif sebagai kegiatan berkelanjutan yang meningkatkan kompetensi guru
sebagai pemimpin pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yakni
pembelajaran yang berpihak pada murid.
Supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di
kelas. Supervise akademik bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru yakni
pemberdayaan dan pengembangan kompetensi diri dalam rangka peningkatan performa
mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran yang berpihak pada murid dalam proses
pelaksanaannya supervise akademik menggunakan pendekatan coaching. Supervisi
menjadi sebuah tagihan atau kewajiban para pemimpin sekolah dalam tanggung jawabnya
mengevaluasi para tenaga pendidik. Saatnya sekarang kita mengembalikan semangat
supervisi akademik dari semula dengan melihat dan berpikir dengan menggunakan kacamata
dan topi seorang coach menjadi supervisi akademik sebagai proses berkelanjutan
yang memberdayakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar