Welcome

widget

12 Oktober 2022

Keterkaitan coaching dengan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi



A.    REVIEW PEMIKIRAN REFLEKTIF TERKAIT PENGALAMAN BELAJAR

1.      Konsep Coaching secara Umum dan Konsep Coaching dalam Konteks Pendidikan

Point-point pembelajaran modul 2.3 tentang coaching dan supervise akademik dijelaskan mengenai beberapa metode pengembangan diri yang lain yang bisa jadi sudah kita praktikan selama ini di sekolah yaitu coaching, mentoring, konseling, fasilitasi dan training. Paradigm coaching antara lain Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan, Bersikap terbuka dan ingin tahu, Memiliki kesadaran diri yang kuat dan Mampu melihat peluang baru dan masa depan.


2.      Paradigma Berpikir dan Prinsip Coaching

Prinsip coaching dikembangkan dari tiga kata/frasa kunci pada definisi coaching, yaitu “kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi”. Dalam berinteraksi dengan rekan sejawat atau siapa saja, kita dapat menggunakan ketiga prinsip coaching tersebut dalam rangka memberdayakan orang yang sedang kita ajak berinteraksi.

3.      Kompetensi Inti Coaching dan TIRTA sebagai Alur Percakapan Coaching

Berdasarkan ICF (International Coaching Federation) ada 8 kompetensi inti namun untuk kebutuhan Pendidikan Guru Penggerak, kita mempelajari  3 kompetensi inti yang penting dipahami, diterapkan, dan dilatih secara terus menerus saat melakukan percakapan coaching kepada teman sejawat di sekolah. Kompetensi inti coaching tewrdiri dari kehadiran penuh/presence, mendengarkan aktif, mengajukan pertanyaan berbobot.

Seorang coach perlu memiliki kesadaran terhadap tujuan percakapan yang dibutuhkan coachee sesuai konteks dan ketersediaan waktu saat percakapan terjadi. Sehingga dalam satu percakapan bisa mencakup beberapa tujuan.  Contoh: setelah melakukan percakapan kalibrasi, coachee memulai percakapan  untuk membahas rencana kegiatan yang akan dilakukan.  Di saat itu coach perlu menyesuaikan dan mengubah arah alur percakapan menjadi sebuah percakapan perencanaan.  Atau di sebuah percakapan refleksi, coachee terlihat frustrasi atau bingung.  Saat itu coach dapat membuat keputusan menggunakan alur percakapan untuk memecahkan masalah dan  membantu menggali coachee memahami situasi/kondisi yang  sedang dihadapi sehingga bisa membuat keputusan-keputusan yang sesuai untuk mengatasi ituasi/kondisinya.  

TIRTA dapat dijelaskan terdiri dari Tujuan Umum (Tahap awal dimana kedua pihak coach dan coachee menyepakati tujuan pembicaraan yang akan berlangsung. Idealnya tujuan ini datang dari coachee), Identifikasi (Coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi), Rencana Aksi (Pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat), TAnggungjawab (Membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya)

 

4.      Perasaan dirasakan terkait pengalaman belajar 

Perasaan yang dirasakan terkait pengalaman belajar pembelajaran Modul Coaching untuk Supervisi Akademik memberikan ruang bagi kita untuk berlatih membangun komunikasi yang empatik dan memberdayakan sebagai Pemimpin Pembelajaran dalam membuat perubahan strategis yang mampu menggerakan komunitas sekolah pada ekosistem belajar Anda. Perubahan strategis yang sejalan semangat Merdeka Belajar untuk meningkatkan kualitas kurikulum (standar isi-standar proses-standar penilaian) yang bermakna dan kualitas sumber daya guru dan tenaga kependidikan dalam mewujudkan pendidikan yang berpihak pada murid

Perasaan mempelajari modul coaching ini memberikan dampak yang luar biasa dalam
praktik coaching. Dalam proses coaching perlu terjalin rasa aman dan nyaman dari kedua belah pihak, coach harus mampu menjalin kemitraan dengan cochee sehingga akan terjadi suatu proses percakapan  kreatif yang  dapat menggugah  pemikiran cochee memaksimalkan semua potensi yang ada dirinya. Coach juga perlu memiliki kompetensi yang mendukung proses coaching, yaitu; kehadiran penuh, mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan berbobot.

Proses coaching akan mengalir dengan lancar dan akan menghasilkan pengembangan yang maksimal apabila dalam percakapannya menggunakan alur TIRTA. Alur TIRTA merupakan akronim dari langkah-langkah percakapan coaching yang terdiri dari Tujuan,Identifikasi, Rencana Aksi dan Tanggung jawab.  Proses caoaching dengan menggunakan alur TIRTA dapat memberikan arahan pada coach dalam menfasilitasi murid maupun teman sejawat agar dapat belajar dari situasi yang dihadapi dan membuat keputusan dari permasalahannya dengan bijaksana. Hal ini yang membuat kita memiliki paradigma berpikir, prinsip dan keterampilan coaching. Karena dengan memiliki ketiga hal tersebut maka dapat mengantarkan teman sejawat maupun murid mengembangkan potensinya.

 

5.      yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar 

Yang sudah berjalan dalam proses coaching yaitu dengan pembicaraan coach dan cochee sudah sesuai dengan alur tirta dan dan sudah sesuai dengan kompetensi coaching. Proses coaching sesuai dengan paradigma berfikir coaching dengan Fokus pada Coachee, Bersikap Terbuka dan Ingin Tahu, Memiliki Kesadaran Diri yang Kuat dan Mampu Melihat Peluang Baru dan Masa Depan.

 

6.      yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar 

Yang perlu diperbaiki dalam proses coaching yaknio dengan mengajukan Pertanyaan Berbobot. Pertanyaan berbobot dapat memperhatikan kiat-kiat seperti Merangkum pernyataan-pernyataan coachee dari hasil mendengarkan aktif, Menggunakan kata: Apa, Bagaimana, Seberapa, Kapan dan Dimana, dalam bentuk pertanyaan terbuka, Menghindari penggunaan kata tanya “mengapa” - karena bisa terasa ada “judgement”.  Ganti kata “mengapa” dengan “apa sebabnya” atau “apa yang membuat” , Mengajukan satu pertanyaan pada satu waktu, jangan memberondong dan Mengizinkan ada “jeda” atau “keheningan” setelah coachee selesai bicara, tidak buru-buru bertanya.  Juga izinkan ada keheningan saat coachee memproses pertanyaan, dan Menggunakan nada suara yang positif dan memberdayakan.

 

7.      keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi

Proses coache membutuhkan kompetensi dan kematangan diri pribadi maksudnya yaitu proses coachee membutuhkan alur kompetensi coachee, yang memerlukan pengasahan dalam latihan coching. Coach harus dapat membawa coachee menemukan jawaban atas permasalahannya. Coach harus memiliki teknik yang membuat coachee dapat berfikir menemukan jawabannya melalui pertanyaan-pertanyaan pada alur Tirta. Proses coching akan berhasil jika ada kesadaran coachee dalam proses coaching memjawab pertanyaan coach apa adanya dan menceritakan kejadiannya.

Guru penggeraak mempunyai andil dalam proses coaching dikarenakan guru penggrak harus dapat berkolaborasi menggerakkan komunitas dan dapat memberikan andil dalam memecahkan masalah seputar pendidikan. Kompetensi coaching harus dimiliki oleh guru penggerak dalam merdeka belajar yang berpusat ke murid sesuai dengan profil pelajar pancasila.

 

B.     PERAN SEBAGAI SEORANG COACH DI SEKOLAH

Seorang pengajar tentunya mempunyai masalah dalam hal pembelajaran di kelas maupun di lingkungan sekolah. Masalah pembelajaran itu terkadang membutuhkan pemecahan masalah agar nantinya mendapatkan solusi pemecahan yang dihadapi. Masalah itu tidak akan menjadi berguna kalau kita sebagai pengajar menyimpan permasalahan tersebut. Sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya kita mempunyai inovasi dan strategi dalam pembelajaran. inovasi dan strategi itu berfungsi agar pembelajaran yang kita lakukan berpihak kepada murid dan tentunya mencapai profil pelajar pancasila.

            Sebagai seorang guru hendaknya kita wajib bisa berkolaborasi dengan sesame pengajar. Proses kolaborasi ini nantinya menghasilkan pemecahan masalah berkaitan dengan pembelajaran. salah satu teknik agar kita mendapatkan pemecahan masalah dalam diskusi dengan menggunakan metode coaching. Coaching adalah suatu percakapan yang dilakukan yang berfokus pada orientasi pada coachee agar bisa bernalar mendapatkan hasil sistematis dan solusi. Proses pelaksanaan coachee hendaknya seorang coach tidak memberikan saran, solusi dan masukan ke cochee. Coach hanya memberikan pertanyaan yang dapat memicu kesadaran diri dan memprovokasi tindakan kreatif, menciptakan suasana nyaman dan rasa percaya untuk memberikan kebebasan dan kemerdekaan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk menjadi murid kuat secara kodrati, dengan demikian diharapkan guru dapat menuntun peserta didik untuk menemukan solusi di setiap permasalahan dan meraih prestasi terbaik dengan kekuatan yang dimilikinya.

            Sebagai seorang pengajar kita harus dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki murid. Dengan coching ini memberi ruang kebebasan dan bereksplorasi mengenai hal-ahal yang ada dalam pikiran anak didik kita. Meningkatkan kualitas komunikasi mereka, dapat melatih mereka untuk berbicara dan menceritakan apa saja yang sudah mereka lakukan. Selain itu, mereka juga diajarkan untuk berpendapat, hingga akhirnya mereka akan mampu memecahkan permasalahan yang sedang mereka hadapi. Menurut Grant pada tahun 1999 Coaching sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis dimana coach memfasilitasi peningkatan performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi bagi coachee.

 

C.    KETERKAITANNYA DENGAN MATERI SEBELUMNYA DI PAKET MODUL 2 YAITU PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DAN PEMBELAJARAN SOSIAL DAN EMOSI

Keterkaitan Proses coaching dikaitkan dengan pembelajaran berdeferensiasi, pembelajaran berdeferensiasi merupakan pembelajaran yang berdasarkan pada kebutuhan murid baik dalam hal kesiapan belajar, profil belajar murid maupun minat murid. Pada pembelajaran berdiferensiasi membutuhkan identifikasi kebutuhan murid. Proses identifasi kebutuhan belajar murid dapat dilakukan dengan menggunakan teknik coaching. Teknik coaching ini sebagai pengajar nantinya dapat menggali potensi gaya belajar murid yang dibutuhkan. Proses identifikasi kebutuhan  belajar murid sebagai bentuk asesmen awal  yang akan dijadikan sebagai dasar proses pelaksanaan pembelajaran sehingga akan dapat mengembangkan kekuatan yang ada didalam diri murid. Dengan proses tersebut akan terwujud pembelajar yang merdeka yang dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Keterkaitan coaching dengan pembelajaran social emosional pada modul sebelumya yakni Proses pembelajaran social emosional merupakan suatu proses pembelajaran yang mampu menciptakan pengalaman belajar bagi murid untuk menumbuhkan dan melatih lima Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE), yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

Pada proses coacing seorang coach harus dapat menggali potensi yang dimili oleh cochee. Coach harus dapat membawa coachee menemukan jawaban atas permasalahannya. Coach harus memiliki teknik yang membuat coachee dapat berfikir menemukan jawabannya melalui pertanyaan-pertanyaan pada alur Tirta. Pembelajaran social emosional sangat mendukung bagi pelaksanaan coaching, sebab dalam pelaksanaan coaching diperlukan pemahaman tentang Kompetensi social emosional. Dengan pembelajaran social emosional, coach dan cochee dapat berinteraksi dengan sepenuhnya hadir dalam proses coaching, dapat mendengarkan dengan RASA (Receive, Appreciate, Summarize, dan Ask), dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga dapat menimbulkan empati.

 

D.    KETERKAITAN KETERAMPILAN COACHING DENGAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI SEBAGAI PEMIMPIN  PEMBELAJARAN

Keterkaitan keterampilan coaching sebagai pemimpin pembelajaran salah satu contohnya dengan supervise akademik. supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas. Supervisi akademik perlu dimaknai secara positif sebagai kegiatan berkelanjutan yang meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yakni pembelajaran yang berpihak pada murid.

Supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas. Supervise akademik bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru yakni pemberdayaan dan pengembangan kompetensi diri dalam rangka peningkatan performa mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran yang berpihak pada murid dalam proses pelaksanaannya supervise akademik menggunakan pendekatan coaching. Supervisi menjadi sebuah tagihan atau kewajiban para pemimpin sekolah dalam tanggung jawabnya mengevaluasi para tenaga pendidik. Saatnya sekarang kita mengembalikan semangat supervisi akademik dari semula dengan melihat dan berpikir dengan menggunakan kacamata dan topi seorang coach menjadi supervisi akademik sebagai proses berkelanjutan yang memberdayakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar