Bojonegoro - Penemuan bangunan yang diyakini merupakan candi berusia cukup lama di wisata api abadi, Kayangan Api, Bojonegoro, terus menunjukkan ketakjubannya.
Bahkan, Tim Arkeologi dari Universitas Indonesia (UI) yang meneliti dan melakukan penggalian di sebelah tenggara api abadi di Desa Sendangrejo, Kecamatan Ngasem, Bojonegoro, itu cukup penasaran.
Sebab candi hasil analisa sementara ini, masyarakat yang bermukim di sekitar objek wisata Kayangan Api tersebut ditengarai merupakan kelompok pertapa atau resi yang menyepi.
"Mereka kemungkinan besar sedang mendekatkan diri kepada Yang Kuasa," kata Ketua Tim Arkeolog UI Dr Ali Akbar, kepada beritajatim.com, Selasa (14/12/2010).
Dijelaskan, jika titik utama pemujaan pada saat itu berada di api abadi. Di dalam mitologi Hindu, dikenal Dewa Agni atau Dewa Api yang berada di sebelah tenggara mata angin. Tetapi, konsep keagamaan seperti ini relatif jarang ditemui di Pulau Jawa.
"Yang jelas masing jarang, dan mungkin satu-satunya di Jawa," terangnya.
Menurutnya, jika situs ini tampaknya dipergunakan oleh masyarakat sekitar akhir masa Majapahit atau kurang lebih tahun 1.400 sampai 1.500-an.
"Itu bisa dilihat dari bentuk dan ukuran batu bata serta temuan pecahan gerabah," sambungnya.
Walaupun begitu, konsep pemujaan terhadap kekuatan alam seperti gunung, laut, dan api telah ditemukan dan ada sejak masa prasejarah.
“Situs ini juga bisa saja berusia jauh lebih tua lagi dari perkiraan kami,” lanjut pakar tersebut.
Pihaknya saat ini tengah serius melakukan penggalian hingga beberapa waktu kedepan. Dan di sekitar bangunan yang telah berhasil digali juga terdapat beberapa lokasi yang diduga merupakan bangunan.
"Orientasi bangunan-bangunan tersebut, semuanya mengarah pada api abadi," tambah Ali.
Menurut pengamatannya sekarang ini, situs Kayangan Api terdiri atas beberapa bangunan atau merupakan suatu kompleks dengan radius sekitar 150 meter dari api abadi. Dan kondisi itu bisa lebih luas lagi, setelah semuanya berhasil digali nanti.
"Semuanya masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Potensi arkeologi di kawasan objek wisata Kayangan Api ini cukup penting," terangnya.
Sebenarnya, potensi arkeologi di Bojonegoro juga diperkirakan cukup besar dan unik apabila dibandingkan dengan kepurbakalaan di Jawa atau bahkan di Indonesia.
"Tidak hanya bangunan candi saja, tetapi kepurbakalaan flora dan fauna juga cukup besar. Contohnya seperti yang ditemukan sepanjang Bengawan Solo selama ini," lanjutnya. (beritajatim.com)
Bahkan, Tim Arkeologi dari Universitas Indonesia (UI) yang meneliti dan melakukan penggalian di sebelah tenggara api abadi di Desa Sendangrejo, Kecamatan Ngasem, Bojonegoro, itu cukup penasaran.
Sebab candi hasil analisa sementara ini, masyarakat yang bermukim di sekitar objek wisata Kayangan Api tersebut ditengarai merupakan kelompok pertapa atau resi yang menyepi.
"Mereka kemungkinan besar sedang mendekatkan diri kepada Yang Kuasa," kata Ketua Tim Arkeolog UI Dr Ali Akbar, kepada beritajatim.com, Selasa (14/12/2010).
Dijelaskan, jika titik utama pemujaan pada saat itu berada di api abadi. Di dalam mitologi Hindu, dikenal Dewa Agni atau Dewa Api yang berada di sebelah tenggara mata angin. Tetapi, konsep keagamaan seperti ini relatif jarang ditemui di Pulau Jawa.
"Yang jelas masing jarang, dan mungkin satu-satunya di Jawa," terangnya.
Menurutnya, jika situs ini tampaknya dipergunakan oleh masyarakat sekitar akhir masa Majapahit atau kurang lebih tahun 1.400 sampai 1.500-an.
"Itu bisa dilihat dari bentuk dan ukuran batu bata serta temuan pecahan gerabah," sambungnya.
Walaupun begitu, konsep pemujaan terhadap kekuatan alam seperti gunung, laut, dan api telah ditemukan dan ada sejak masa prasejarah.
“Situs ini juga bisa saja berusia jauh lebih tua lagi dari perkiraan kami,” lanjut pakar tersebut.
Pihaknya saat ini tengah serius melakukan penggalian hingga beberapa waktu kedepan. Dan di sekitar bangunan yang telah berhasil digali juga terdapat beberapa lokasi yang diduga merupakan bangunan.
"Orientasi bangunan-bangunan tersebut, semuanya mengarah pada api abadi," tambah Ali.
Menurut pengamatannya sekarang ini, situs Kayangan Api terdiri atas beberapa bangunan atau merupakan suatu kompleks dengan radius sekitar 150 meter dari api abadi. Dan kondisi itu bisa lebih luas lagi, setelah semuanya berhasil digali nanti.
"Semuanya masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Potensi arkeologi di kawasan objek wisata Kayangan Api ini cukup penting," terangnya.
Sebenarnya, potensi arkeologi di Bojonegoro juga diperkirakan cukup besar dan unik apabila dibandingkan dengan kepurbakalaan di Jawa atau bahkan di Indonesia.
"Tidak hanya bangunan candi saja, tetapi kepurbakalaan flora dan fauna juga cukup besar. Contohnya seperti yang ditemukan sepanjang Bengawan Solo selama ini," lanjutnya. (beritajatim.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar